Showreel Rumah Video

Monday, April 14, 2008



Showreel ini berisikan portofolio produk yang pernah dihasilkan oleh Rumah Video.
Enjoy it !!

Note : Sayang di Youtube gambar dan suaranya keliatan kurang bagus. Bila berkenan, CD aslinya bisa kami presentasikan langsung.

Testimonial tentang Audio Visual

Thursday, April 10, 2008



Abu Sangkan – Trainer “Shalat Khusyu”
“Peran media audio visual sangat efektif dalam penyampaian da’wah-da’wah saya.”

Adha Muawiyah – Line Producer “Sinemart”
“ Video Company Profile sangat efektif dan efisien untuk memperkenalkan citra perusahaan kita lebih cepat. Klien maupun investor dapat lebih jelas mengetahui apa yang dia inginkan atau tuju pada perusahaan kita.”

Wuryanano – CEO PT Swastika Prima International, Direktur Lembaga Pendidikan Profesi SWASTIKA PRIMA Community College, Founder Super Mind Power Training, Penulis Buku Best Seller
“Dengan memiliki perangkat bisnis pada media Audio Visual ini, maka akan semakin meningkatkan performa bisnis dan perusahaan kita. Produk dan jasa kita pasti semakin bagus dalam pelayanan dan kualitasnya.”

Hidayatullah – Direktur PT Selaras Inti Prima Indonesia
“Media audio visual yang sangat efektif dalam membantu kinerja marketing kami, serta menjadi added value tersendiri untuk perusahaan kami.”

Note :
Alhamdulillah, materi untuk casing CD Showreel Rumah Video sudah selesai. CD ini sendiri berisikan portofolio produk-produk yang pernah kami hasilkan, mulai dari Video dokumentasi, Video profile, CD interaktif, Website, Clip&Commercial, Video Promo.Semoga bisa menjadi salah satu wahana untuk beramal lebih bagi kami. Terima kasih sebesar-besarnya kami haturkan untuk semua pihak yang dengan sukarela telah memberikan testimonialnya. Hanya Allah jualah yang bisa membalas-Nya.

Motion determine emotion


Yup, kata-kata sederhana ini yang terus terngiang di telinga saya saat saya menghadiri seminar TDW, Financial Revolution, sabtu kemarin. Sederhana tapi maknanya dalam. Dan yang pasti, saran yang praktis.

Terus terang saya awalnya tidak terlalu ngotot untuk menghadiri acara seminar TDW ini, walaupun sebetulnya gratis. Apalagi malamnya bareng teman-teman menggeber fisik bermain futsal bersama sehabis kuliah. Baru tidur jam 2an, paginya sudah harus ke markas Rumah Video untuk urusan website. Kebetulan ada beberapa orderan pembuatan website, sekaligus membicarakan strategi maintaining website Rumah Video. Oh ya, untuk website Rumah Video sendiri kini bentuknya sekaligus sebagai mini portal yang membahas perkembangan teknologi audio visual. Idenya sih meniru pendekatan website Dokter Komputer, walaupun masih sederhana. Maaf yah ga bilang2 Pak Iim...:)

Terlebih sampai hari-H tiket untuk acara seminar ini masih belum sampai juga ke tangan. Yah, mungkin ada masalah dengan delivery-nya. Makin malas-lah saya sebenarnya untuk melaju ke area Mangga Dua, di ujung utara Jakarta sana.

Sore setelah urusan di Rumah Video kelar, barulah coba iseng menelpon teman yang kebetulan datang ke seminar itu. Di sana baru ngeh kalau tiket seminar gratisnya ada 2, yang berarti saya bisa mengajak satu teman ke sana. Makin semangat ketika tahu kalau acaranya ternyata berlangsung dari jam 9 pagi ampe jam 10 malam. Buset, full day selama 3 hari. Biasanya paling pol ikutan acara seminar dari jam 9 ampe jam 4 sore. Dalam hati, seminar macam apa ini.

Yah, akhirnya saya bersama teman saya, Taufik Hanas, berangkat ke Mangga Dua Square, tempat acara dilangsungkan. Sekalian sebetulnya pengen juga melihat testimoni Pak Roni, sang jenderal TDA, di lokasi acara. Katanya bakal tayang ba’da magrib.

Sampai di lokasi, terkaget-kaget juga melihat lautan manusia memenuhi aula Jitec Mangga Dua Square lantai 8 itu. Ini sih sampai ribuan orang. Ya sudah, majulah melangkah masuk ke ruangan.

Yah, singkat cerita ternyata memang benar action bisa membangkitkan kembali semangat dalam diri. Pak Tung berkata, di saat nervous, takut melakukan sesuatu, sedih atau malas, cobalah untuk bergerak dinamis. Entah itu jalan2 di tempat, loncat2, yang penting menggerakkan badan kita, tidak hanya duduk diam atau terpaku di tempat. Efeknya, paling tidak terbukti kemarin. Ngantuk saya otomatis langsung hilang.

Banyak hal sih sebetulnya yang bisa didapat dari seminar itu. Walau dalam acaranya banyak sekali jualan yang disempilkan Pak Tung, cman dalam hati saya berkata, Yah itung-itung latihan jualan lah. Oh iya, ada satu games yang cukup menarik di seminar itu. Simulasi tentang uang yang mengejar kita. Kepada masing-masing orang diberikan lembaran uang 10,20,30,40,100,dan 200. Lalu setiap orang diperbolehkan untuk menukarkan uangnya dengan peserta lainnya. Aturan mainnya, nilai uang yang sama akan dikalikan, sementara nilai uang yang berbeda akan ditambah. Nah, singkat cerita ternyata jawabannya simple. Tinggal teriak saja siapa yang mau uang 20,30,40,100 dan 200 ditukar dengan uang 10. Pastilah semuanya akan mau. Dan di saat itu, dengan usaha yang minimal kita akan mendapatkan uang sebesar 10x10x10x10x10x10=1 juta. Yup, dengan usaha minimal akan membuat uang mengejar kita.

Riilnya, ada beberapa trik yang dibagi Pak Tung di sini agar uang mengejar kita.
1) Selalu punya nilai tambah
2) Dikomunikasikan
3) Kepada orang yang tepat
4) Dalam jumlah yang banyak
5) Dengan cara yang tepat.

Yup, acara akhirnya selesai sekitar jam 10 malam. Agak kecewa juga ternyata jadwal testimoninya Pak Roni dimajukan jadi jam 5, jadinya telat menyaksikan. Akhirnya itu memang jadi kesempatan terakhir saya hadir di sana, karena besoknya bantu2 teman yang lamaran. But, Its OK. Tetap ada insight yang bisa diambil dari sana. Toh, besoknya Taufik tetap menyanggupi untuk bisa hadir di sana. Sebelum pulang menyempatkan diri dulu untuk memesan tiket seminar Action Coach tanggal 19 April nanti. Sekali lagi, biar Taufik sang CEO Rumah Video yang hadir di sana. Gud luck !!

Fenomena Just In Time (JIT) di Era Kompetisi



Setiap pagi, seekor kijang terjaga. Ia tahu ia harus berlari lebih cepat dari singa tercepat atau ia akan mati. Setiap pagi seekor singa terjaga. Ia tahu ia harus mengejar kijang terlambat atau ia akan mati kelaparan. Tidak peduli kamu seekor singa atau kijang, ketika matahari terbit, kamu harus mulai berlari.

Salah satu pakar manajemen supply chain dan dosen sistem rekayasa di MIT, Yossi Sheffi, pernah mengatakan bahwa membuat barang itu mudah, yang sulit ialah membuat rantai pemasoknya. Dengan semakin mengecilnya batas antar negara, perbedaan kualitas produksi antara produsen satu dengan yang lainnya kini semakin menipis. Dengan kondisi seperti itu, maka perusahaan yang paling efisien dan cepat dalam men-deliver produknyalah yang akan mampu memenangkan persaingan di dunia global saat ini.

Salah satu hal yang urgen untuk diefisiensikan ialah rantai pemasok. Berbicara mengenai rantai pemasok ini, kita dihadapkan pada dua pilihan, pull atau push system. Pull system mengandalkan informasi permintaan dari pelanggan, sementara push system lebih mengandalkan perencanaan secara terpusat. Pull system sendiri saat ini lebih dikenal dengan sebutan metode Just In Time (JIT). Menariknya, penerapan metode JIT dengan tepat dan kreatif, terbukti mampu membawa sebuah perusahaan ke titik terbaiknya. Mari kita lihat beberapa perusahaan yang mampu menerapkan JIT ini dengan baik.


Perusahaan yang pertama ialah Zara. Saya teringat ketika salah satu dosen saya di Prasetiya Mulya menceritakan tentang fenomena Zara, peritel asal Spanyol ini. Zara mengendalikan semua jaringan distribusinya sedemikian rupa sehingga semua jaringan distribusi itu mampu memantau preferensi dari konsumen dan mengirimkan data langsung ke kantor perencanaan pusat. Makanya, Zara selalu mampu untuk menyesuaikan desain pakaiannya dengan mode yang ada di masyarakat.

Contoh simplenya, setelah kejadian 11 September, Zara menyadari bahwa masyarakat sedang berkabung. Makanya dalam beberapa minggu saja mereka segera memenuhi toko mereka dengan barang baru yang didominasi dengan warna hitam. Tentu saja, untuk merealisasikan hal ini, Zara harus menginvestasikan jumlah yang lumayan besar, terutama untuk sistem ITnya, dengan minimal menyediakan PDA untuk setiap distributor yang terkoneksi dengan sistem di kantor pusat. Tapi, ini mutlak harus dilakukan Zara mengingat situasi bisnis yang digelutinya sangat rentan dengan perubahan mode yang sangat cepat.


Contoh yang lebih fenomenal adalah Walmart. Peritel terbesar Amerika ini mampu mengidentifikasi bahwa di kala menjelang badai, orang cenderung minum bir dalam jumlah yang banyak sehingga mereka menyediakan persediaan bir yang lebih banyak dibandingkan dengan hari biasanya. Mereka juga mengetahui bahwa orang lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mudah disimpan dan tidak cepat rusak. Ini sejalan dengan prinsip mereka, yaitu bahwa semakin banyak informasi yang dimiliki semua pihak mengenai apa yang diambil oleh konsumen dari rak, maka semakin efisien juga pembelian dari Wal-Mart, dan semakin cepat pula pemasok beradaptasi dengan permintaan pasar yang berubah-ubah.

Dalam pelaksanaannya, Wal-Mart mengandalkan teknologi yang dikenal dengan sebutan RFID (Radio Frequency Identification Microchips). Intinya, mereka memasang microchips ini menggantikan barcode di setiap kotak barang yang masuk ke mereka. Dengan RFID ini Wal-Mart mampu memantau setiap kotak atau palet pada setiap tahap dalam rantai pemasok dan mengetahui secara persis produk apa, dari pabrikan mana yang ada dalam kotak, kapan kadaluarsanya, kapan diterimanya dan kapan terjualnya. Dengannya, Wal-Mart mampu mengetahui toko mana yang dapat menjual sabun lebih banyak di hari Kamis, dan toko mana di hari Senin, serta mengetahui mengapa orang Amerika Latin lebih suka berbelanja di Sabtu malam dibandingkan hari Senin.

Dengan metode JIT ini, Wal-Mart mampu menekan biaya pengadaan barang bagi peritel maupun pemasok. Diperkirakan biayanya mampu ditekan hingga mencapai 5 sampai 10 persen lebih rendah dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Kuncinya, hanyalah dengan mengetahui trend yang ada di konsumen, lebih cepat dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya.

Metode JIT sendiri di awal kemunculannya tergolong sebagai metode yang radikal. Pertimbangan paling utama, metode ini terkesan seperti hanya menunggu bola saja. Bila ada pesanan, maka barang akan diproduksi. Bagaimana bila terjadi penumpukan pesanan di suatu waktu. Akan mampukah metode JIT ini mengantisipasinya?

Pertanyaan seperti inilah yang coba dijawab oleh Zara dan Wal Mart. Alih-alih hanya menunggu bola saja, mereka sebelumnya sudah mencoba memprediksi kapan sajakah bola itu akan datang, dari arah mana dan dengan kecepatan seperti apa.

Zara sukses memprediksi arah kedatangan bola, karena mampu memprediksi trend yang akan muncul dari sisi konsumen. Bisnis fashion, yang harus senantiasa mengikuti aliran trend, sementara di sisi lain tetap harus mengontrol jumlah produksinya dalam setiap trend agar tidak menyisakan banyak produk yang ketinggalan trend, terbukti cocok disandingkan dengan sistem JIT ini.

Sementara itu, Wal Mart lebih canggih lagi. Mereka bisa mengetahui kapan bola itu akan datang, yaitu dengan memprediksi keterkaitan kondisi yang dialami konsumen dengan kebutuhan konsumen itu. Tengok data forecasting yang dibuatnya berdasarkan pola pembelian konsumen di seluruh cabangnya.

Kesimpulannya, metode JIT dengan penggunaan yang tepat terbukti mampu menciptakan perusahaan dengan tingkat kompetitif yang tinggi. Dan di saat artikel ini ditulis, satu perusahaan lagi, juga telah mampu menerapkan JIT ini dengan optimal. Ketika pesanan diterima, maka microprocessor akan mulai didatangkan dari pabrk Intel di Filipina, memory berasal dari pabrik Samsung Korea, kartu grafis dikirim oleh MSI Taiwan, motherboard dari Korea, dan perangkat-perangkat lainnya serentak dikirimkan dari berbagai negara. Tetap khas JIT, minimalisasi inventory. Perusahaan itu bernama Dell.

The Future of Management, best business book in 2007??

Wednesday, April 02, 2008


Bayangkan sebuah perusahaan dimana kinerja karyawan ditentukan oleh rekan-rekan sejawatnya, sebuah perusahaan dimana tekanan pekerjaan justru datang dari rekan sejawat. Sebuah perusahaan yang terdiri dari tim-tim kecil yang saling bersaing satu sama lain untuk bisa menghasilkan profit terbesar bagi perusahaannya. Sebuah perusahaan yang menerapkan prinsip transparansi untuk kompensasi bagi karyawannya.

Dan bagaimana bila dikatakan bahwa perusahaan ini menghasilkan sales hingga $ 6 trilyun setahun dan mengoperasikan hingga 194 toko. Selama 15 tahun dari semenjak IPO di 1992, perusahaan ini telah mengalami kenaikan nilai saham hingga 3000 persen. Ia disebut sebagai perusahaan retail makanan Amerika paling menguntungkan bila diukur dengan profit per meter persegi. Namanya adalah Whole Foods Market, retail makanan organik terkemuka di Amerika.

Ada juga cerita soal perusahaan manufaktur mobil di Amerika yang membutuhkan waktu hingga 20 tahun untuk menyadari apa yang membuat Toyota menjadi perusahaan yang memiliki sistem manufaktur yang hyperefficient. Kisah dimulai dari 20 tahun lalu, dimana mereka mencoba mengirimkan karyawan mereka untuk belajar secara langsung dari Toyota di Jepang. Setelah laporan dikeluarkan, mereka malah tidak mau mempercayai bahwa ada perusahaan yang mampu untuk menghasilkan produk dengan tingkat defects (cacat) yang sangat kecil. Butuh waktu 5 tahun sehingga mereka menyadari bahwa Toyota memang unggul dari mereka.

5 tahun berikutnya mereka habiskan dengan beralasan bahwa Toyota bisa seperti itu karena kultur masyarakat Jepang yang khas. Akan tetapi, begitu Toyota berhasil memindahkan operasi perusahaannya ke Amerika dengan level yang sama dengan menggunakan karyawan dari AS, maka mereka pun kembali terdiam. 5 tahun berikutnya mereka habiskan dengan mempelajari sistem operasi Toyota secara lebih detail. Hanya saja, walaupun kemudian mereka telah berusaha untuk mencontek sistem ini, tetap saja mereka tidak bisa menyamai level yang telah diperoleh Toyota. Baru di 5 tahun setelahnya, mereka menyadari bahwa kesuksesan Toyota adalah akibat prinsip-prinsip organisasi yang dipunyainya – Toyota memiliki kemampuan continous improvement dengan mengandalkan karyawan2 yang dipunyainya sebagai ujung tombak pemecah masalah. Makanya sistem produksinya dikenal dengan nama ”Thinking people system.”

Kutipan cerita itu semua adalah kutipan yang diambil dari buku terbaru Gary Hamel, Future of Management. Gary Hamel yang terkenal dengan bukunya ”Leading the Revolution” ini bisa dikatakan pakarnya inovasi manajemen. Bahkan buku ini disebut oleh editor di Amazon.com sebagai buku bisnis terbaik 2007.

Secara umum, buku ini terbagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama, Why Management Innovation Matters, adalah inti ide dari Hamel. Bagian kedua, Management Innovation in Action, sarat dengan contoh-contoh inspiratif akan inovasi manajemen. Kita bisa dapati kasus Whole Foods Market seperti di atas, juga ada kasus W.L Gore&Associates, yang menggunakan istilah leader ketimbang bos, dan juga kasus Google, yang punya formula 70-20-10, artinya 70% untuk urusan layanan basis bisnis, 20% untuk pengembangan layanan dan 10% untuk berbagai layanan.

Bagian ketiga, Imaging the future of management, mengajak pembacanya untuk berpikir aspek manajemen mana yang harus kita pikirkan ulang. Bagian terakhir, Building the future of management, berisikan tuntunan praktis sebagai panduan untuk berinovasi dalam manajemen.

Ide-ide yang ada di buku ini memang sangat inspiratif. Ketika banyak orang mengatakan business model adalah yang paling penting, maka Gary mengatakan bahwa itu saja tidak cukup. Di atas inovasi business model, dan juga inovasi produk/jasa serta operational, adalah inovasi dari sisi manajemen.

Secara umum, buku ini sangat worth to read, baik oleh akademisi maupun praktisi bisnis. Isinya memang lebih berat dibandingkan buku Gary sebelumnya, Leading The Revolution, yang lebih kaya akan contoh-contoh praktis. Yah, bisa jadi nantinya future of management bukan lagi hanya berkiblat pada dunia barat. Siapa tahu Indonesia nantinya bisa jadi sumber dari masa depan itu...:)

Gud luck for the reading...

Showreel Rumah Video

Testimonial tentang Audio Visual



Abu Sangkan – Trainer “Shalat Khusyu”
“Peran media audio visual sangat efektif dalam penyampaian da’wah-da’wah saya.”

Adha Muawiyah – Line Producer “Sinemart”
“ Video Company Profile sangat efektif dan efisien untuk memperkenalkan citra perusahaan kita lebih cepat. Klien maupun investor dapat lebih jelas mengetahui apa yang dia inginkan atau tuju pada perusahaan kita.”

Wuryanano – CEO PT Swastika Prima International, Direktur Lembaga Pendidikan Profesi SWASTIKA PRIMA Community College, Founder Super Mind Power Training, Penulis Buku Best Seller
“Dengan memiliki perangkat bisnis pada media Audio Visual ini, maka akan semakin meningkatkan performa bisnis dan perusahaan kita. Produk dan jasa kita pasti semakin bagus dalam pelayanan dan kualitasnya.”

Hidayatullah – Direktur PT Selaras Inti Prima Indonesia
“Media audio visual yang sangat efektif dalam membantu kinerja marketing kami, serta menjadi added value tersendiri untuk perusahaan kami.”

Note :
Alhamdulillah, materi untuk casing CD Showreel Rumah Video sudah selesai. CD ini sendiri berisikan portofolio produk-produk yang pernah kami hasilkan, mulai dari Video dokumentasi, Video profile, CD interaktif, Website, Clip&Commercial, Video Promo.Semoga bisa menjadi salah satu wahana untuk beramal lebih bagi kami. Terima kasih sebesar-besarnya kami haturkan untuk semua pihak yang dengan sukarela telah memberikan testimonialnya. Hanya Allah jualah yang bisa membalas-Nya.